Cara
obyek direproduksi dalam sebuah foto bisa sangat berbeda dari bagaimana ia
tampil ketika diambil gambarnya. Ketika Anda menatap dengan mata Anda ke
seluruh obyek, segala sesuatu di dalamnya tampak kurang lebih sama tajam, tapi
kadang-kadang hanya fokus bagian tertentu obyek foto sehingga tampak tajam dan
tampak blur di bagian selainnya. Disini akan kita bahasa penjelasan mengenai
DOF.
|
Ilustrasi Depth of Field (area ketajaman) |
Zona
ketajaman ini disebut depth-of-field (DOF), yaitu ketajaman yang membentang ke
depan dan ke belakang dari titik yang benar-benar menjadi fokus pada saat itu.
Ukuran zona ketajaman ditentukan oleh tiga faktor utama – aperture atau bukaan
lensa, panjang fokus lensa dan jarak Anda dari subjek. Memvariasikan ketiga
elemen ini memungkinkan Anda mengontrol hampir penuh atas hasil depth-of-field
dalam foto/gambar.
Ketika
sebagian besar bagian obyek pada gambar terlihat tajam, maka kita katakan DOF
luas. Bila hanya beberapa bagian saja yang tajam, maka kita katakan DOF sempit
atau terbatas. Apakah kita akan menggunakan depth-of-field luas atau sempit
tergantung pada konsep dan bagaimana ingin menggambarkan obyek terkait.
Tiga
faktor utama yang dapat digunakan untuk mengontrol DOF.
Faktor
Utama Penentu DOF
Aperture Lensa
Hubungan
langsung antara aperture dan depth-of-field yaitu semakin kecil aperture,
semakin luas depth-of-field (artinya semakin banyak bagian yang tajam) dan
sebaliknya, semakin besar aperture semakin sempit depth-of-field (semakin
sedikit bagian yang tajam).
Jadi
jika Anda ingin mendapatkan sebanyak mungkin bagian foto yang tajam, setting
sekecil mungkin aperture – misal antara f/16, atau bahkan f/22 jika lensa
mendukung. Jangan lupakan kondisi pencahayaan, mungkin perlu menggunakan tripod
atau bentuk lain yang membuat kamera stabil karena dengan aperture kecil
kecepatan shutter membutuhkan lebih lama sehingga menciptakan risiko hasil foto
blur karena kamera-goyang.
Namun,
jika Anda ingin memusatkan perhatian hanya pada satu bagian dari obyek foto,
dan membuang sisanya agar blur/out-of-focus, sebaiknya pilih aperture besar.
Seberapa besar persisnya ini bisa tergantung pada aperture maksimum lensa yang
Anda gunakan. Pada lensa standar 50mm bisa
f/1,7 f/1,8 atau f/2, tetapi
untuk standar biasanya sekitar f/3,5 atau f / 4,5.
Untuk
pengambilan gambar pada umumnya, bila Anda ingin sebagian besar bagian foto
tajam, Anda bisa mengatur aperture sekitar f/8 sampai f/11. Ini bisa dicapai
dengan setting mode eksposur Program dimana akan diatur secara otomatis oleh
kamera. Bila memungkinkan Anda harus mengambil kendali seleksi aperture dan
menggunakan Aperture-Priority atau mode manual.
Berikut
adalah contoh bagaimana menggunakan lensa Nikon lama untuk membantu menunjukkan
skala dan kedalaman lapangan berdasarkan aperture yang dipilih.
|
Lensa diatur ke aperture f/8, segala obyek dari jarak infinity (simbol yang terlihat seperti angka delapan) ke jarak 5kaki akan tampak tajam. |
|
Lensa diatur ke aperture f/22, segala obyek dari jarak infinity (simbol yang terlihat seperti angka delapan) ke jarak 2 kaki akan tampak tajam. |
Panjang Fokus Lensa
Menggunakan
lensa wide-angle Anda akan mendapatkan keuntungan dari depth-of-field yang
luas, yang membuatnya mudah untuk menjaga semua bagian obyek dalam foto dalam
fokus. Semakin lebar sudut view, semakin besar dept-of-field. Sebaliknya jika
menggunakan lensa tele maka depth-of-field lebih terbatas. Semakin besar
focal-length lensa tele, semakin membatasi zona ketajaman.
Sebagai
contoh pengaruh menggunakan focal length yang berbeda adalah. Lensa Nikon 28mm
wide-angle di f/22 akan memberikan hasil yang tajam dari jarak 2 kaki hingga
jarak infinity (tak terbatas). Sedangkan lensa Micro Nikkor 55mm dari jarak 7
kaki hingga infinity. Dan lensa Nikkor 105mm dari jarak sekitar 28 meter hingga
tak terbatas.
Jarak Kamera ke Obyek
Semakin
dekat kamera dengan obyek foto maka semaki terbatas depth-of-field atau ruang
ketajaman. Bahkan, saat pengambilan foto close-up atau macro maka ruang
ketajaman akan menjadi sangat sempit hanya beberapa milimeter di depan dan di
belakang obyek.